Page 1 of 5 MELATIH KEMANDIRIAN ANAK DI TK RICCI II
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya, ia bergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua dan orang lain di sekitarnya untuk belajar mandiri. Kemandirian merupakan salah satu tugas pokok dari perkembangan. Untuk mencapainya harus diterapkan sejak dini dalam diri anak agar anak mampu melaksanakan segala sesuatu dengan kemampuan sendiri tanpa didominasi bantuan dari orang lain. Secara umum kemandirian anak di TK Ricci II dapat dilihat melalui : • Kemandirian fisik, contohnya: anak usia 3-4 tahun yang sudah dapat menggunakan alat makan, seharusnya dapat makan sendiri. • Kemandirian emosional, contohnya: anak berani masuk ke kelas dengan nyaman (tidak diantar). • Kemandirian sosial, contohnya: anak mampu berinteraksi dengan orang lain secara independen, tidak hanya berinteraksi dengan orang tua dan pengasuhnya. KB-TK Ricci II melatih anak untuk bisa mandiri sesuai dengan tahap perkembangannya. Melalui pembiasaan yang dilakukan setiap hari, diharapkan akan membentuk sikap mandiri anak, namun hal ini perlu ada kesinambungan dengan di rumah sehingga terbentuk pembiasaan pada diri anak. Kegiatan pembiasaan untuk kemandirian anak yang dilakukan di KB-TK Ricci II antara lain, - Pembiasaan mencuci tangan setelah kegiatan, sebelum makan dan sesudah makan. - Pembiasaan berdoa sebelum melakukan kegiatan, sebelum makan dan pulang. - Pembiasaan menggosok gigi setelah makan. - Pembiasaan makan sendiri dan merapikan alat makan. - Kegiatan naik turun tangga: melatih keseimbangan, keberanian anak. - Kegiatan menempel: melatih kreativitas. - Kegiatan menggambar: melatih kreativitas dan percaya diri. - Kegiatan menggati baju: melatih motorik anak. - Kegiatan memakai sepatu: melatih motorik anak. Beberapa hal yang perlu dihindari oleh orangtua agar proses kemandirian dapat berjalan: 1. Kekhawatiran yang berlebihan Bila anak ingin memegang gelas, sendok, atau peralatan makan, sebenarnya merupakan petunjuk positif kearah mandiri, namun sayangnya orang tua atau pengasuh kadangkala suka melarang anak melakukan hal tersebut dengan alasan khawatir benda yang dipegang anak akan jatuh. Tanpa disadari, larangan itu justru menghambat kesempatan anak untuk belajar mandiri.
2. Overprotective Beberapa orang tua merasa takut bila anaknya yang berusia batita melakukan hal-hal tertentu. Ketika anak ingin naik turun tangga sendiri, kerap tidak diperbolehkan bahkan kadang langsung digendong. Akibatnya, anak jadi penakut dan tak mampu mengontrol diri sendiri. Tak ada salahnya memperbolehkan anak naik turun tangga sendiri, tentunya dengan diawasi dan dijaga oleh orang tua atau pengasuhnya. Setiap anak mampu untuk mengukur seberapa jauh dia dapat mengontrol diri sendiri. Saat berada di ketinggian tertentu, anak mempunyai insting dasar untuk bertahan dan tidak melompat.
3. Kasih sayang yang berlebihan Apapun keinginan anak dipenuhi dan dilayani. Curahan kasih sayang dengan menjadikan anak sebagai tuan kecil dalam rumah merupakan penyebab anak menjadi tidak mandiri dan manja. Tidak ada kata terlambat untuk melatih anak menjadi mandiri, asalkan memberi kesempatan anak untuk menunjukkan perilaku mandiri. Hanya saja, akan semakin sulit manakala usia anak bertambah karena anak terbiasa dilayani, diperhatikan, dan tergantung pada orangtua ataupun pengasuh sehingga pada akhirnya sulit diubah. Anak-anak yang kurang mandiri cenderung tidak percaya diri dan tidak mampu mengambil keputusan dengan baik. Anak juga akan tergantung pada orang lain, seperti: anak selalu ingin dimandikan, dibantu berpakaian, minta disuapi, dan bila sedang belajar di rumah, anak akan menyuruh orang lain untuk mengambilkan pensil, buku, dsb.
|